Pengenalan Awal terhadap Kepribadian

 KEPRIBADIAN

4 Kepribadian Manusia, Mana Tipe Kepribadianmu? – Yayasan Al Ma'soem Bandung

1. Pengertian Kepribadian

    Kepribadian adalah cara unik di mana setiap individu berpikir, bertindak, dan merasakan sepanjang hidup. Kepribadian berbeda dari karakter, yang mengacu pada penilaian nilai tentang moral atau perilaku etis seseorang, serta berbeda dari temperamen, yaitu karakteristik bawaan biologis dan abadi, seperti mudah marah atau mudah beradaptasi. Kepribadian merupakan kombinasi dari temperamen dan sejarah pribadi keluarga, budaya, dan masa pertumbuhan individu tersebut.

2. Pembentukan Kepribadian

  • Genetika: Faktor genetika memainkan peran penting dalam menentukan ciri-ciri kepribadian. Pewarisan gen dari orang tua dapat memengaruhi kecenderungan terhadap sifat-sifat tertentu, seperti tingkat ekstraversi, neurotisisme, dan kecenderungan terhadap risiko.

  • Lingkungan: Pengaruh lingkungan tempat seseorang tumbuh besar juga berperan penting. Ini mencakup pengaruh keluarga, teman sebaya, dan budaya. Interaksi dengan lingkungan sejak kecil dapat membentuk pola perilaku dan nilai-nilai yang memainkan peran dalam kepribadian.

  • Pengalaman Hidup: Pengalaman hidup, baik yang positif maupun negatif, dapat memiliki dampak yang signifikan pada pembentukan kepribadian. Pengalaman traumatis atau penuh tantangan bisa membentuk cara seseorang menghadapi dunia dan merespons situasi tertentu.

  • Pendidikan: Proses pendidikan dan pembelajaran juga dapat membentuk kepribadian seseorang. Nilai-nilai yang diajarkan di sekolah, interaksi dengan guru dan teman sekelas, serta pengalaman dalam belajar memainkan peran dalam perkembangan kepribadian.

  • Kondisi Psikologis: Faktor-faktor psikologis, seperti kecerdasan emosional, resiliensi, dan kemampuan mengatasi stres, dapat memengaruhi cara seseorang menanggapi peristiwa dan membentuk kepribadian.

  • Situasi Sosial-Ekonomi: Faktor-faktor seperti status sosial-ekonomi juga dapat berpengaruh pada pembentukan kepribadian. Lingkungan ekonomi yang stabil atau tidak stabil dapat memberikan tekanan tambahan atau memberikan kesempatan untuk berkembang.

  • Interaksi Sosial: Hubungan dan interaksi dengan orang lain, baik dalam keluarga, teman, atau rekan kerja, dapat membentuk sikap, nilai, dan perilaku seseorang. Respon terhadap interaksi sosial dapat memengaruhi perkembangan kepribadian.

  • Faktor Kesehatan Mental dan Fisik: Kesehatan mental dan fisik seseorang juga dapat memainkan peran dalam pembentukan kepribadian. Beberapa kondisi kesehatan mental atau fisik dapat memengaruhi cara seseorang berinteraksi dengan dunia sekitarnya.   

3. Perspektif dalam Menjelaskan Kepribadian

a. Psikoanalisa

    Perspektif kepribadian psikoanalisa adalah salah satu dari empat perspektif tradisional dalam studi kepribadian. Perspektif ini dikembangkan oleh Sigmund Freud dan fokus utamanya adalah pada peran pikiran bawah sadar dalam membentuk kepribadian seseorang.

    Menurut Freud, pikiran terbagi menjadi tiga bagian: sadar, prasadar, dan tak sadar. Pikiran tak sadar adalah bagian yang paling penting dalam membentuk kepribadian dan dapat terungkap melalui mimpi. Freud juga mengemukakan bahwa kepribadian terdiri dari tiga bagian: id, ego, dan superego.

  • Id adalah bagian paling primitif dari kepribadian yang berisi dorongan-dorongan biologis dasar seperti kebutuhan makan, minum, dan kepuasan seksual. Id beroperasi berdasarkan prinsip kesenangan, yang berarti mencari kepuasan segera dari dorongan-dorongan tersebut.
  • Ego berkembang dari id dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan id dengan cara yang dapat diterima secara sosial. Ego mengikuti prinsip realitas, yang berarti menunda kepuasan hingga dapat dicapai dengan cara yang dapat diterima secara sosial.
  • Superego mewakili standar moral internal yang diperoleh dari masyarakat dan menghakimi apakah tindakan seseorang benar atau salah.

    Konflik antara tuntutan id dan aturan serta pembatasan superego menyebabkan kecemasan bagi ego. Untuk mengatasi kecemasan ini, ego menggunakan mekanisme pertahanan tak sadar, seperti represi, proyeksi, dan penyangkalan.

    Kepribadian juga dipengaruhi oleh pengalaman yang terjadi selama lima tahun pertama kehidupan. Freud mengemukakan bahwa individu melewati tahap-tahap psikoseksual, yang melibatkan fokus dorongan kenikmatan pada area tubuh yang berbeda yang ditentukan oleh perkembangan seksual anak. Tahapan-tahapan ini meliputi tahap oral, tahap anal, tahap falik, tahap laten, dan tahap genital. Konflik yang tidak terselesaikan selama tahap-tahap ini dapat menyebabkan karakteristik kepribadian yang mencerminkan ketidaksempurnaan masa kecil.

    Teori ini menekankan pentingnya pikiran bawah sadar, pengaruh pengalaman masa kecil, dan konflik internal dalam membentuk kepribadian seseorang.

b. Behavioral dan Social Kognitive

    Perspektif kepribadian behavioral berfokus pada pengaruh lingkungan eksternal terhadap perilaku dan kepribadian seseorang. Menurut perspektif ini, perilaku manusia dipengaruhi oleh pembelajaran melalui asosiasi antara stimulus dan respons. Teori pembelajaran operant dan klasik adalah dua teori utama dalam pendekatan ini.

    Teori pembelajaran operant, yang dikembangkan oleh B.F. Skinner, menyatakan bahwa perilaku dipengaruhi oleh konsekuensi yang mengikuti perilaku tersebut. Jika perilaku diikuti oleh hadiah atau penguatan positif, kemungkinan perilaku tersebut akan terulang. Sebaliknya, jika perilaku diikuti oleh hukuman atau penguatan negatif, kemungkinan perilaku tersebut akan berkurang.

    Teori pembelajaran klasik, yang dikembangkan oleh Ivan Pavlov, berfokus pada asosiasi antara stimulus yang tidak terkondisikan (seperti makanan) dengan stimulus yang terkondisikan (seperti bunyi lonceng). Proses ini menghasilkan pembentukan respons terkondisikan yang dapat mempengaruhi perilaku.

    Perspektif kepribadian kognitif sosial, yang dikembangkan oleh Albert Bandura, menggabungkan elemen-elemen dari perspektif behavioral dan kognitif. Teori ini menekankan peran penting proses kognitif internal dalam membentuk perilaku dan kepribadian. Menurut teori ini, individu belajar melalui pengamatan dan imitasi perilaku orang lain (model) serta melalui proses pemikiran dan penilaian internal. Keyakinan diri (self-efficacy) juga merupakan konsep penting dalam teori ini, yang mengacu pada keyakinan individu terhadap kemampuannya untuk berhasil dalam situasi tertentu.

    Dalam perspektif kognitif sosial, individu dianggap sebagai konstruktor aktif dari dunia mereka sendiri dan tempat mereka di dalamnya. Mereka menggunakan proses kognitif seperti pengamatan, penilaian, dan pemodelan untuk memahami dan memprediksi dunia mereka. Selain itu, teori ini juga menekankan pentingnya interaksi antara proses kognitif internal dan lingkungan eksternal dalam membentuk perilaku dan kepribadian.

    Secara keseluruhan, perspektif kepribadian behavioral menekankan pengaruh lingkungan eksternal dan pembelajaran dalam membentuk perilaku dan kepribadian, sementara perspektif kepribadian kognitif sosial menekankan peran penting proses kognitif internal dan interaksi antara individu dan lingkungan dalam membentuk perilaku dan kepribadian.

c. Humanistik

    Perspektif kepribadian humanistik adalah pendekatan yang menekankan pada pengalaman subjektif, potensi pribadi, dan pertumbuhan pribadi. Teori ini melihat manusia sebagai makhluk yang kreatif dan memiliki kebebasan dalam memilih. Humanistik menolak pandangan Freudian tentang kepribadian sebagai medan pertempuran insting dan kekuatan tak sadar, serta menolak pandangan behavioristik tentang manusia sebagai sekumpulan respons yang dapat dibentuk.

    Perspektif humanistik memandang sifat manusia sebagai pada dasarnya baik. Mereka percaya bahwa manusia memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang lebih baik. Humanistik menekankan pentingnya pengalaman subjektif, seperti persepsi, pemikiran, dan perasaan, dalam membentuk kepribadian. Mereka juga menekankan pentingnya kebebasan individu dalam memilih dan mengambil tanggung jawab atas kehidupan mereka sendiri.

    Dua tokoh utama dalam perspektif kepribadian humanistik adalah Abraham Maslow dan Carl Rogers. Maslow mengembangkan konsep self-actualization, yang mengacu pada proses pengembangan potensi pribadi secara penuh. Rogers, di sisi lain, menekankan pentingnya menerima dan menghargai diri sendiri serta pengalaman subjektif dalam mencapai pertumbuhan pribadi.

    Perspektif kepribadian humanistik telah memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemahaman tentang kepribadian manusia dan dalam praktik konseling dan terapi. Pendekatan ini menekankan pentingnya pengembangan diri, penghargaan terhadap pengalaman subjektif, dan pencapaian potensi pribadi untuk mencapai kehidupan yang bermakna dan memuaskan.

d. Teori Trait

    Perspektif kepribadian teori trait adalah pendekatan yang berfokus pada deskripsi dan klasifikasi kepribadian berdasarkan serangkaian ciri atau sifat yang konsisten dan persisten. Teori ini lebih tertarik pada penggambaran kepribadian dan prediksi perilaku berdasarkan deskripsi tersebut, daripada menjelaskan perkembangan kepribadian atau mengubah kepribadian seseorang.

    Dalam teori trait, sebuah trait dianggap sebagai cara yang konsisten dan berkelanjutan dalam berpikir, merasakan, atau berperilaku. Contoh trait yang sering digunakan dalam teori ini adalah ekstraversi, neurotisisme, keterbukaan, kesopanan, dan konsistensi. Beberapa peneliti telah mengidentifikasi sejumlah besar trait, tetapi ada juga upaya untuk mengurangi jumlah trait menjadi lebih sedikit dan lebih terorganisir.

    Salah satu model trait yang paling terkenal adalah model Big Five atau lima faktor. Model ini mengidentifikasi lima dimensi trait yang mendapat dukungan penelitian di berbagai budaya, yaitu keterbukaan, kesopanan, ekstraversi, kesopanan, dan neurotisisme. Dimensi-dimensi ini digunakan untuk menggambarkan dan memahami kepribadian manusia secara luas.

    Perspektif kepribadian teori trait memiliki kekuatan dalam memberikan deskripsi yang terperinci tentang kepribadian seseorang dan kemampuan untuk memprediksi perilaku dalam berbagai konteks. Namun, kritik terhadap teori ini mencakup kekurangan dalam menjelaskan perkembangan kepribadian dan kurangnya penjelasan tentang faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi kepribadian.

 e. Pengukuran Kepribadian (Assesment)

    Perspektif kepribadian pengukuran kepribadian (assessment) adalah pendekatan yang digunakan oleh psikolog untuk mengukur dan mengevaluasi kepribadian seseorang. Tujuan dari pengukuran kepribadian adalah untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang ciri-ciri kepribadian individu dan bagaimana ciri-ciri tersebut mempengaruhi perilaku.

    Dalam perspektif ini, para psikolog kepribadian berusaha untuk mengurangi jumlah potensial ciri kepribadian menjadi sejumlah kecil yang dapat diukur. Salah satu pendekatan yang umum digunakan adalah pendekatan leksikal, di mana para peneliti mengumpulkan semua kata sifat yang ada dalam bahasa tertentu dan kemudian menganalisis pola korelasi antara kata-kata tersebut. Dari analisis ini, mereka mengidentifikasi dimensi-dimensi kepribadian yang mendasari kata-kata tersebut.

    Beberapa metode umum yang digunakan dalam pengukuran kepribadian meliputi:

  • Wawancara: Metode ini melibatkan interaksi langsung antara penilai dan individu yang dinilai. Wawancara dapat bersifat terstruktur atau tidak terstruktur, dan biasanya melibatkan pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk mengungkapkan informasi tentang kepribadian individu. Namun, wawancara dapat memiliki kelemahan seperti efek halo dan bias penafsiran dari pihak penilai.

     

  • Penilaian perilaku: Metode ini melibatkan pengamatan langsung terhadap perilaku individu dalam situasi nyata. Penilaian perilaku dapat melibatkan pengamatan langsung, penggunaan skala penilaian perilaku, dan penghitungan frekuensi perilaku tertentu. Namun, metode ini dapat memiliki kelemahan seperti efek pengamat yang dapat mengubah perilaku individu yang diamati, serta bias pengamat dari pihak yang melakukan penilaian.

  • Inventaris kepribadian: Metode ini melibatkan penggunaan daftar pertanyaan standar yang dirancang untuk menggambarkan dan mengukur ciri-ciri kepribadian tertentu. Inventaris kepribadian sering kali memiliki pilihan jawaban "ya/benar" atau "tidak/salah", dan sering kali lebih objektif dan dapat diandalkan. Beberapa contoh inventaris kepribadian termasuk NEO-PI-3 yang didasarkan pada model lima faktor, serta MMPI-2-RF yang dirancang untuk mendeteksi kepribadian yang tidak normal. Namun, inventaris kepribadian juga memiliki kelemahan, seperti kemungkinan individu memberikan jawaban palsu atau manipulatif.

  • Tes proyektif: Metode ini melibatkan penggunaan stimulus visual ambigu yang meminta individu untuk menggambarkan apa yang mereka lihat. Tes proyektif, seperti Rorschach Inkblot Test dan Thematic Apperception Test, bertujuan untuk mengungkapkan kekhawatiran atau ketakutan yang tidak sadar. Namun, tes proyektif sering kali dianggap memiliki subjektivitas dalam interpretasi dan keandalannya dipertanyakan.

    Tat & rorschach full | PPT

     

4. Pengaruh Lingkungan dan Genetik terhadap Kepribadian

  1. Pengaruh Genetik: Studi tentang genetika perilaku menunjukkan bahwa sifat-sifat kepribadian dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar sifat kepribadian memiliki komponen genetik yang signifikan. Misalnya, penelitian pada anak kembar identik yang dipisahkan sejak lahir menunjukkan bahwa mereka memiliki kesamaan dalam sifat-sifat kepribadian, meskipun mereka tumbuh di lingkungan yang berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa faktor genetik berperan dalam membentuk kepribadian.

  2. Pengaruh Lingkungan: Lingkungan juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepribadian seseorang. Pengalaman dan interaksi dengan lingkungan sejak lahir dapat membentuk perilaku dan pola pikir individu. Misalnya, pengasuhan, pendidikan, dan pengalaman sosial dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian. Studi tentang anak kembar yang tumbuh dalam lingkungan yang berbeda menunjukkan bahwa lingkungan juga memiliki peran penting dalam membentuk kepribadian.

    Secara keseluruhan, kepribadian dipengaruhi oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Faktor genetik memberikan dasar yang mendasar bagi sifat-sifat kepribadian, sementara lingkungan memainkan peran dalam membentuk dan mengembangkan sifat-sifat tersebut.


Nama    : Sita Miftahul Jannah

NIM      : 2310322021

Kelas     : B

Jurusan  : Psikologi

Komentar

Postingan Populer