Proses dan Fungsi Mental : Sensasi dan Persepsi
PROSES DAN FUNGSI MENTAL
1. Proses dan Fungsi Mental
Proses dan fungsi mental merujuk pada berbagai proses kognitif dan fungsi yang terjadi di dalam pikiran manusia. Ini melibatkan berbagai aspek seperti persepsi, pemikiran, ingatan, perhatian, bahasa, dan emosi. Proses mental melibatkan pengolahan informasi yang kompleks dan interaksi antara berbagai bagian otak. Fungsi mental mencakup kemampuan untuk memahami dan menginterpretasikan informasi, mengambil keputusan, memecahkan masalah, dan berinteraksi dengan lingkungan. Proses dan fungsi mental ini penting dalam memahami bagaimana manusia berpikir, merasakan, dan bertindak.
a. The ABCs of Sensation
ABC Sensasi merupakan konsep dasar dalam ilmu psikologi yang berkaitan dengan proses sensasi. Sensasi adalah proses di mana informasi dari dunia luar masuk ke dalam otak kita melalui organ-organ indera yang melibatkan aktivasi reseptor-reseptor yang terletak di mata, telinga, kulit, rongga hidung, dan lidah. Reseptor-reseptor ini mengubah informasi fisik menjadi sinyal saraf yang kemudian dikirim ke otak. Sensasi juga dipengaruhi oleh ambang batas absolut dan perbedaan ambang batas, serta dapat mengalami adaptasi sensorik atau habituasi.
Affective (Afektif): Bagian ini berkaitan dengan komponen emosional dari persepsi. Mencakup bagaimana individu merasakan atau merespons emosional terhadap apa yang mereka alami atau alami dari lingkungan mereka seperti perasaan seperti sukacita, ketakutan, atau kecemasan.
Behavior (Perilaku): Merujuk pada respons atau tindakan yang dilakukan individu sebagai hasil dari apa yang mereka persepsikan. Perilaku ini dapat mencakup tindakan fisik atau reaksi yang tampak atau terlihat oleh orang lain.
Cognition (Kognitif): Proses berpikir dan penafsiran individu terhadap informasi yang diterimanya. Ini termasuk pemahaman, penilaian, dan interpretasi terhadap stimulus yang datang dari lingkungan sekitar.
b. Proses Indra Penglihatan
Cahaya memasuki mata melalui kornea dan pupil. Kornea adalah lapisan transparan yang melindungi mata dan juga berperan dalam memfokuskan cahaya yang masuk ke mata. Pupil adalah lubang di iris (bagian berwarna mata) yang dapat berubah ukuran untuk mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata.
Cahaya kemudian melewati lensa, yang berfungsi untuk menyelesaikan proses pemfokusan yang dimulai oleh kornea. Lensa dapat mengubah bentuknya dari tebal menjadi tipis melalui proses akomodasi visual, sehingga memungkinkannya untuk fokus pada objek yang dekat atau jauh.
Setelah melewati lensa, cahaya masuk ke ruang terbuka yang diisi dengan cairan jeli bening yang disebut humor vitreous. Cairan ini memberi bentuk pada mata dan juga memberikan nutrisi.
Cahaya kemudian mencapai retina, lapisan terdalam mata yang mengubah cahaya menjadi impuls saraf. Retina mengandung sel-sel fotoreseptor, yaitu batang dan kerucut. Batang bertanggung jawab untuk melihat warna hitam-putih atau bayangan, sedangkan kerucut bertanggung jawab untuk melihat warna.
Impuls saraf yang dihasilkan oleh sel-sel fotoreseptor dikirim melalui saraf optik ke otak. Di otak, impuls saraf diproses lebih lanjut oleh korteks visual primer, yang bertanggung jawab untuk memahami dan menginterpretasikan informasi visual.
Informasi visual dari mata kanan diproses oleh korteks visual kiri, sedangkan informasi visual dari mata kiri diproses oleh korteks visual kanan. Hal ini terjadi karena adanya persilangan jalur saraf optik di chiasma optik.
Titik buta (blind spot) di retina, di mana tidak ada batang atau kerucut. Ini terjadi karena di titik ini, semua akson sel ganglion meninggalkan retina untuk menjadi saraf optik.
c. Proses Indra Pendengaran
Proses indra pendengaran dimulai dengan gelombang suara yang dihasilkan oleh sumber suara. Gelombang suara terdiri dari variasi tekanan udara yang bergerak melalui medium, seperti udara atau air.
Telinga terdiri dari tiga bagian utama: telinga luar menangkap gelombang suara dan mengarahkannya ke telinga tengah. Telinga tengah mengandung gendang telinga yang bergetar ketika terkena gelombang suara. Getaran ini kemudian ditransmisikan melalui tulang-tulang pendengaran (martil, landasan, dan sanggurdi) ke telinga dalam. Telinga dalam mengandung koklea, yang merupakan organ pendengaran utama.
Di dalam koklea, getaran dari tulang-tulang pendengaran ditransduksi menjadi impuls saraf oleh sel rambut yang sensitif terhadap suara. Sel rambut ini merespons getaran dengan membuka dan menutup saluran ion, menghasilkan potensial listrik yang kemudian dikirim ke saraf pendengaran.
Impuls saraf dari telinga dikirim melalui saraf pendengaran ke otak. Di otak, impuls ini diproses lebih lanjut untuk menghasilkan persepsi suara. Bagian otak yang terlibat dalam pengolahan suara termasuk korteks auditori dan area terkait lainnya.
Setelah diproses di otak, informasi suara diinterpretasikan dan dikenali sebagai suara yang spesifik. Ini melibatkan pengenalan pola suara, pemahaman arti kata dan kalimat, serta pengenalan suara yang dikenali sebelumnya.
Seperti indra penglihatan, indra pendengaran juga mengalami adaptasi gelap. Ini terjadi ketika kita berpindah dari lingkungan yang berisik ke lingkungan yang lebih tenang. Telinga kita secara bertahap meningkatkan sensitivitasnya terhadap suara yang lebih redup.
Salah satu gangguan pendengaran yaitu gangguan pendengaran konduksi disebabkan oleh kerusakan pada struktur telinga luar atau tengah, sedangkan gangguan pendengaran saraf disebabkan oleh kerusakan pada telinga dalam atau jalur pendengaran di otak.
Terdapat tiga teori tentang bagaimana otak memproses informasi tentang nada (pitch) suara:
Teori tempat (place theory) menyatakan bahwa lokasi sel rambut di organ Corti berkorespondensi dengan nada yang berbeda. Teori ini dapat menjelaskan nada di atas 1.000 Hz.
Teori frekuensi (frequency theory) menyatakan bahwa kecepatan getaran membran basilar berkorespondensi dengan nada yang berbeda. Teori ini dapat menjelaskan nada di bawah 1.000 Hz.
Prinsip volley (volley principle) menyatakan bahwa neuron bergantian dalam menembakkan sinyal untuk suara di atas 400 Hz dan di bawah 4.000 Hz.
d. Chemical Sense
Chemical sense merupakan indra yang responsif terhadap molekul-molekul kimia dalam lingkungan. Terdapadat dua indra kimia utama, yaitu indra penciuman (olfaction) dan indra pengecap (gustation).
Indra penciuman (olfaction) adalah kemampuan untuk mendeteksi dan membedakan berbagai aroma dan bau. Reseptor penciuman terletak di dalam hidung, di mana molekul-molekul yang terbawa oleh udara akan berinteraksi dengan reseptor-reseptor. Informasi yang diterima oleh reseptor-reseptor ini kemudian dikirim ke otak untuk diinterpretasikan sebagai berbagai aroma dan bau yang kita rasakan.
Indra pengecap (gustation) adalah kemampuan untuk mendeteksi dan membedakan berbagai rasa. Rasa-rasa dasar yang dikenali oleh indra pengecap meliputi manis (sweet), asin (salty), asam (sour), pahit (bitter), dan umami (savoriness). Reseptor-reseptor pengecap terletak di lidah, di mana molekul-molekul makanan yang larut dalam air akan berinteraksi dengan reseptor-reseptor. Informasi yang diterima oleh reseptor-reseptor ini kemudian dikirim ke otak untuk diinterpretasikan sebagai berbagai rasa yang kita rasakan.
Juga terdapat sensitivitas manusia terhadap feromon, yaitu sinyal kimia yang dikirimkan oleh satu individu ke individu lain dalam spesies yang sama. Namun, bukti untuk adanya indra feromon pada manusia masih bersifat preliminer dan kontroversial.
e. Somesthetic Sense
Somesthetic sense merupakan sensasi yang dihasilkan oleh kulit, otot, sendi, organ dalam, dan organ keseimbangan. Ini mencakup beberapa jenis indra, termasuk indra sentuhan, tekanan, nyeri, panas, dingin, gerakan tubuh, dan posisi tubuh.
Sistem indra kulit: Kulit adalah organ yang menerima dan mengirimkan informasi dari dunia luar ke sistem saraf pusat. Kulit sensitif terhadap sentuhan, tekanan, dan suhu
Sistem indra kinestetik dan proprioceptive: Sistem indra ini memberikan informasi tentang gerakan dan posisi tubuh. Kinestesi adalah kesadaran tentang gerakan tubuh sendiri, sementara proprioception adalah kesadaran tentang di mana bagian-bagian tubuh berada dan posisinya dalam ruang. Informasi ini diterima melalui reseptor khusus di kulit, sendi, otot, dan tendon.
Sistem indra vestibular: Sistem indra ini berkontribusi pada keseimbangan tubuh dan orientasi spasial. Ini melibatkan organ-organ otolith (gerakan naik-turun) dan kanalis semisirkular (gerakan melingkar) di telinga dalam. Informasi dari sistem indra vestibular membantu kita dalam mengetahui posisi kepala dan gerakan tubuh.
Sistem indra nyeri: Sistem indra ini terlibat dalam persepsi dan pengalaman nyeri. Teori kontrol gerbang menjelaskan bahwa ketika reseptor yang sensitif terhadap nyeri dirangsang, neurotransmitter yang disebut substance P dilepaskan ke sumsum tulang belakang, mengaktifkan reseptor nyeri lainnya dan mengirimkan pesan ke otak. Sistem indra nyeri juga dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti kecemasan dan kontrol.
2. Proses ABC of Perception
a. ABC of Perception
ABC persepsi menggambarkan proses kompleks di mana aktivasi reseptor diinterpretasikan dan diorganisasikan oleh otak menjadi persepsi yang kita alami. Proses ini dipengaruhi oleh pengetahuan, harapan, dan pengalaman individu, serta prinsip-prinsip persepsi yang membantu kita dalam mengorganisir dan memahami dunia di sekitar kita.
b. Proses terjadinya Persepsi
Proses persepsi dimulai dengan sensasi, yaitu deteksi dan penerimaan informasi sensorik dari lingkungan melalui indra-indra kita.
Setelah menerima informasi sensorik, indra-indra memproses dan menganalisis informasi tersebut. Proses ini melibatkan pemisahan informasi sensorik menjadi elemen-elemen penting, seperti garis, bentuk, warna, atau pola lainnya.
Setelah analisis sensorik, informasi sensorik diubah menjadi kode yang dapat dipahami oleh otak. Proses ini melibatkan pengubahan fitur-fitur sensorik menjadi sinyal saraf yang dapat dikirim ke otak.
Setelah informasi sensorik dikodekan, otak mengintegrasikan dan menginterpretasikan informasi tersebut. Proses ini melibatkan penggabungan informasi dari berbagai indra dan pengenalan pola atau objek yang dikenali berdasarkan informasi yang diterima.
Proses persepsi juga melibatkan pengalaman subjektif yang unik bagi setiap individu. Pengalaman subjektif ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pengalaman sebelumnya, konteks, dan interpretasi individu terhadap informasi sensorik yang diterima.
c. Persepsi terhadap Kedalaman.
Persepsi terhadap kedalaman, melibatkan penggunaan berbagai indikator visual yang disebut sebagai monocular dan binocular cues. Monocular cues adalah indikator kedalaman yang dapat dilihat dengan menggunakan satu mata, sedangkan Binocular cues melibatkan penggunaan kedua mata.Monocular cues yang digunakan untuk persepsi kedalaman meliputi:
Penggunaan Indikator Kedalaman, otak kita menggunakan beberapa indikator untuk memperkirakan kedalaman. Salah satu indikator utama adalah perbedaan ukuran objek. Objek yang lebih besar cenderung dianggap lebih dekat daripada objek yang lebih kecil. Selain itu, perbedaan dalam tingkat kecerahan, tekstur, dan warna juga dapat memberikan petunjuk tentang kedalaman.
Perspektif linier adalah fenomena di mana garis-garis yang sejajar terlihat menyempit saat menjauh, memberikan kesan kedalaman. Misalnya, saat melihat jalan yang lurus, garis-garis jalan yang semula lebar akan terlihat menyempit saat menjauh, memberikan kesan jarak dan kedalaman.
Overlapping, ketika satu objek menutupi objek lain, objek yang ditutupi cenderung dianggap lebih jauh. Misalnya, jika ada dua pohon dan satu pohon menutupi sebagian pohon lainnya, kita cenderung menganggap pohon yang ditutupi sebagai objek yang lebih jauh.
Gradien Kedalaman, perubahan kecerahan atau warna objek seiring dengan jaraknya juga dapat memberikan petunjuk tentang kedalaman. Objek yang lebih jauh cenderung tampak lebih kabur, pucat, atau memiliki warna yang lebih redup dibandingkan dengan objek yang lebih dekat.
Bayangan yang dihasilkan oleh objek dapat memberikan petunjuk tentang kedalaman. Bayangan yang lebih besar atau lebih panjang cenderung menunjukkan bahwa objek tersebut lebih dekat.
Gerakan Paralaks terjadi ketika kita bergerak atau mengubah posisi pandangan kita. Objek yang lebih dekat akan terlihat bergerak lebih cepat atau berpindah posisi lebih jauh dibandingkan dengan objek yang lebih jauh. Perbedaan dalam gerakan ini dapat memberikan petunjuk tentang kedalaman.
Monocular cues ini memberikan petunjuk visual yang membantu kita dalam memperkirakan jarak dan kedalaman objek dalam lingkungan kita.Selain itu, terdapat juga binocular cues yang melibatkan penggunaan kedua mata untuk persepsi kedalaman. Contohnya adalah:
Konvergensi, ketika objek berada dekat dengan kita, mata kita akan berkonvergensi atau bergerak ke arah dalam. Semakin besar konvergensi, semakin dekat objek tersebut.
Disparitas binokular, kedua mata kita melihat objek dari sudut yang sedikit berbeda, dan otak kita menggunakan perbedaan ini untuk memperkirakan kedalaman. Semakin besar perbedaan antara gambar yang dilihat oleh mata kanan dan mata kiri, semakin dekat objek tersebut.
Dengan menggunakan kombinasi monocular cues dan binocular cues, kita dapat memperoleh persepsi yang akurat tentang kedalaman dan jarak objek dalam lingkungan kita.
d. Perceptual Illusion
Ilusi persepsi adalah persepsi yang tidak sesuai dengan realitas fisik. Ilusi ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk cara otak memproses informasi, harapan sebelumnya, dan pengalaman individu.
Ilusi Müller-Lyer, ilusi ini terjadi ketika dua garis terlihat berbeda panjangnya, meskipun sebenarnya keduanya memiliki panjang yang sama. Salah satu garis terlihat lebih panjang karena memiliki ujung dengan sudut yang menghadap keluar, sementara garis lainnya memiliki ujung dengan sudut yang menghadap ke dalam.
Ilusi Bulan, merupakan fenomena di mana bulan terlihat jauh lebih besar ketika berada di cakrawala dibandingkan ketika berada di langit. Ketika bulan berada di langit, tidak ada petunjuk kedalaman yang mengelilinginya. Namun, ketika bulan berada di cakrawala, bulan terlihat di belakang pohon dan rumah, memberikan petunjuk kedalaman yang membuat cakrawala terlihat sangat jauh.
Ilusi Gerak, merupakan fenomena di mana kita mengalami persepsi gerakan pada objek yang sebenarnya diam. Salah satu contohnya adalah efek autokinetic, di mana cahaya kecil yang diam dalam ruangan yang gelap terlihat seolah-olah bergerak atau melayang karena tidak ada petunjuk sekitar yang menunjukkan bahwa cahaya tersebut sebenarnya tidak bergerak
3. Mind Map Materi
Nama : Sita Miftahul Jannah
NIM : 2310322021
Kelas : B
Komentar
Posting Komentar