Psikoanalisa dan Humanistik

PSIKOANALISA DAN HUMANISTIK

1. Psikoanalisis Menurut Para Ahli

Psikoanalisis adalah teori kepribadian dan metode psikoterapi yang berasal dari Sigmund Freud sekitar pergantian abad kedua puluh.

a. Sigmund Freud (1856-1939) 


 

Freud adalah seorang ahli saraf, seorang dokter medis yang berspesialisasi dalam gangguan sistem saraf. Pada awalnya, pasien-pasien Freud menderita gangguan saraf dan tidak dapat ditemukan penyebab fisiknya. Oleh karena itu, ia berpikir bahwa penyebabnya pasti ada di dalam pikiran. Dia mengusulkan ada pikiran bawah sadar (tidak sadar) di mana kita mendorong, atau menekan, semua dorongan dan keinginan yang mengancam. Dia percaya bahwa dorongan-dorongan yang direpresi ini, dalam upaya untuk muncul ke permukaan, menciptakan gangguan saraf pada pasien-pasiennya.

Freud juga menekankan pentingnya pengalaman masa kanak-kanak. Ia percaya bahwa kepribadian terbentuk dalam 6 tahun pertama kehidupan. Jika ada masalah yang signifikan, masalah tersebut pasti dimulai pada masa kanak-kanak tersebut. Freud dikenal karena menciptakan psikoanalisis, psikoterapi pertama yang dikembangkan sepenuhnya, atau "penyembuhan dengan berbicara". Psikoterapi Freud mengeksplorasi konflik-konflik bawah sadar dan masalah-masalah emosional.

            Selama terapi dengan pasien, Freud menggunakan metode asosiasi bebas. Pasien diperintahkan untuk mengatakan apa pun yang datang ke pikirannya sebagai cara untuk membawa keinginan bawah sadar ke dalam kesadaran. Analisis mimpi memiliki tujuan yang sama. Dalam teori Freudian klasik, motivasi di balik keinginan bawah sadar hampir selalu melibatkan seks atau agresi.

b. Anna Freud (1895-1982)

Anna Freud adalah anak perempuan dari Sigmund Freud. Ia melanjutkan pengamatan psikoanalisis dan mengikuti jejak ayahnya.

Ada perbedaan yang signifikan antara menganalisis anak-anak dan orang dewasa, Perbedaan ini menyebabkan Anna menekankan ego lebih banyak dalam analisis anak daripada ketika menangani orang dewasa atau yang bisa disebut Ego Psikologi.Perbedaan utama adalah anak-anak tidak mengingat pengalaman traumatis awal seperti orang dewasa. Sebaliknya, anak-anak menunjukkan pengalaman perkembangan saat hal tersebut terjadi.

Masalah-masalah yang dimiliki anak-anak mencerminkan hambatan untuk pertumbuhan normal mereka. Anna Freud (1965) menggunakan istilah garis perkembangan untuk menggambarkan transisi bertahap seorang anak dari ketergantungan pada kontrol eksternal ke penguasaan realitas internal dan eksternal. Garis perkembangan adalah upaya oleh anak untuk beradaptasi dengan tuntutan hidup, baik itu tuntutan itu bersifat situasional, interpersonal, atau pribadi. Garis-garis perkembangan tersebut menggambarkan perkembangan yang normal, dan oleh karena itu, dapat digunakan sebagai kerangka acuan untuk mendefinisikan ketidaksesuaian.

    c. Carl Jung (1875-1961)


Jung menyebut bagian sadar dari kepribadian sebagai ego. Namun, dia lebih lanjut mencatat bahwa persona, atau "topeng" ada di antara ego dan dunia luar . Persona adalah "diri publik" yang ditampilkan kepada orang lain. Hal ini paling terlihat ketika kita mengadopsi peran tertentu atau menyembunyikan perasaan kita yang lebih dalam. Jung percaya bahwa tindakan ego dapat mencerminkan sikap introversi (di mana energi utama diarahkan ke dalam), atau ekstroversi (di mana energi utama diarahkan ke luar).

Jung menggunakan istilah ketidaksadaran pribadi untuk merujuk pada apa yang disebut Freud sebagai ketidaksadaran (Mayer, 2002). Ketidaksadaran pribadi adalah gudang mental untuk pengalaman, perasaan, dan ingatan seseorang. Namun Jung juga menggambarkan alam bawah sadar yang lebih dalam yaitu ketidaksadaran kolektif, atau gudang mental untuk ketidaksadaran ide dan gambaran yang dimiliki oleh semua manusia. Jung percaya bahwa ketidaksadaran kolektif adalah komponen kepribadian yang paling dalam dan paling kuat, yang mencerminkan pengalaman kumulatif manusia di seluruh masa lalu evolusioner mereka. Jung percaya bahwa, sejak awal, semua manusia telah memiliki pengalaman dengan kelahiran, kematian, kekuasaan, figur dewa, figur ayah dan ibu, hewan, bumi, energi, kejahatan, kelahiran kembali, dan sebagainya.

Jung juga menggambarkan dua orientasi utama, atau sikap, yang diambil orang dalam berhubungan dengan dunia. Satu sikap dia beri label introversi, yang lainnya ekstroversi. Jung percaya bahwa meskipun setiap individu memiliki kedua sikap tersebut, ia biasanya mengasumsikan salah satu dari dua sikap yang lain. Orang yang introvert cenderung pendiam, imajinatif, dan lebih tertarik pada ide daripada berinteraksi dengan orang lain. Orang yang ekstrovert adalah ramah dan mudah bergaul. Jung percaya bahwa kepribadian orang dewasa yang matang dan sehat mencerminkan kedua sikap tersebut secara seimbang. Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) adalah alat ukur kepribadian yang banyak digunakan penilaian kepribadian yang sebagian didasarkan pada ide-ide ini.

Faktor penentu kepribadian yang penting lainnya adalah sinkronisitas, atau kebetulan yang bermakna. Sinkronisitas terjadi ketika dua atau lebih peristiwa, masing-masing dengan kausalitas independen mereka sendiri, datang bersama-sama dengan cara yang bermakna.

    d. Alfred Adler (1870-1937)

Dalam pandangan Adler, kekuatan pendorong utama dalam kepribadian adalah berjuang untuk menjadi superior. Perjuangan ini, adalah perjuangan untuk mengatasi ketidaksempurnaan, dorongan ke atas untuk kompetensi, penyelesaian, dan penguasaan kekurangan. Adler percaya bahwa setiap orang mengalami perasaan rendah diri. Hal ini terjadi terutama karena kita memulai hidup sebagai anak kecil, lemah, dan relatif tidak berdaya yang dikelilingi oleh orang dewasa yang lebih besar dan lebih kuat. Perasaan rendah diri mungkin juga berasal dari keterbatasan pribadi kita.

Adler juga mengembangkan teori bahwa urutan kelahiran seorang anak mempengaruhi kepribadian. Anak sulung yang memiliki adik akan merasa rendah diri ketika adiknya mendapatkan semua perhatian dan sering kali mengimbanginya dengan menjadi lebih berprestasi. Anak tengah sedikit lebih mudah, merasa lebih unggul daripada anak yang lebih tua sambil mendominasi adik-adiknya. Mereka cenderung sangat kompetitif. Anak-anak yang lebih muda seharusnya dimanjakan dan dilindungi tetapi merasa rendah diri karena mereka tidak diberi kebebasan dan tanggung jawab seperti anak-anak yang lebih tua.

2. Pemikiran dari Tokoh Humanistik

      Humanisme adalah pandangan yang berfokus pada pengalaman subjektif manusia.

         a. Abraham Maslow  (1908-1970)

 

    Konsep Maslow tentang aktualisasi diri adalah fitur utama dari humanisme. Maslow mengusulkan bahwa ada beberapa tingkat kebutuhan yang harus diupayakan oleh seseorang penuhi sebelum mencapai tingkat pemenuhan kepribadian tertinggi atau bisa disebut juga hierarki kebutuhan. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan yang mendasar, seperti kebutuhan akan makanan atau air, dan kebutuhan pertumbuhan, seperti keinginan untuk memiliki teman atau diri sendiri. Aktualisasi diri mengacu pada pengembangan potensi diri secara penuh dan menjadi pribadi yang terbaik.


    Maslow menyimpulkan bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan diri memiliki karakteristik sebagai berikut:

  • Mereka memahami realitas secara akurat dan penuh. Mereka menunjukkan penerimaan yang besar terhadap diri mereka sendiri dan orang lain.
  •  Mereka menunjukkan spontanitas dan kealamian. Mereka memiliki kebutuhan akan privasi. Mereka cenderung tidak bergantung pada lingkungan dan budaya mereka.
  •  Mereka cenderung memiliki pengalaman mistik atau puncak pengalaman.
  •  Mereka peduli dengan semua manusia, bukan hanya dengan bukan hanya dengan teman, kerabat, dan kenalan mereka saja. Mereka cenderung hanya memiliki sedikit teman.
  •  Mereka kreatif

    Satu-satunya kebutuhan yang lebih tinggi dari aktualisasi diri adalah transendensi, pencarian yang berfokus pada aspek mistik, ekstase, atau spiritual dari sifat yang ditambahkan Maslow beberapa tahun setelah hierarki aslinya dirumuskan.

         b. Carl Roger (1902-1987)

 

    Dua komponen penting dari konsep diri adalah diri nyata (persepsi aktual seseorang tentang karakteristik, sifat, dan kemampuan yang menjadi dasar dari usaha untuk mengaktualisasikan diri) dan diri ideal (persepsi tentang seperti apa seseorang seharusnya atau ingin menjadi).

    Rogers percaya bahwa ketika diri yang sebenarnya dan diri yang ideal sangat dekat atau mirip satu sama lain lain, orang merasa kompeten dan mampu. Tetapi, ketika ada ketidakcocokan antara diri nyata dan diri ideal, kecemasan dan perilaku neurotik pun dapat terjadi. Rogers percaya bahwa penghargaan positif tanpa syarat, atau cinta, kasih sayang, dan rasa hormat tanpa pamrih, diperlukan agar orang dapat mengeksplorasi sepenuhnya semua yang dapat mereka capai dan jadikan.

    Bagi Rogers, seseorang yang sedang dalam proses mengaktualisasikan diri, secara aktif mengeksplorasi potensi dan kemampuannya, serta mengalami kesesuaian antara diri yang nyata dan diri yang ideal, adalah orang yang orang yang berfungsi penuh. Orang yang berfungsi penuh berhubungan dengan perasaan dan kemampuan mereka sendiri serta mampu mempercayai dorongan dan intuisi terdalam mereka (Rogers, 1961). Untuk dapat berfungsi sepenuhnya, seseorang membutuhkan penghargaan positif tanpa syarat

 

Nama : Sita Miftahul Jannah

Kelas : B

NIM : 2310322021

 

 

 

Komentar

Postingan Populer