Perkembangan Psikologi: dari Psikologi Eksperimen hingga Awal Psikologi Modern
Tumbuhnya Psikologi Eksperimen dan Awal Psikologi Modern
1. Perbedaan Individu
Perbedaan individu merujuk pada variasi dalam kemampuan, karakteristik, dan perilaku antara individu yang berbeda. Hal ini dapat mencakup perbedaan dalam kecerdasan, bakat, kecerdasan emosional, dan disabilitas intelektual. Tes IQ dapat digunakan untuk mengidentifikasi individu yang berbeda secara signifikan. Perbedaan individu juga dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, biologis, atau kombinasi keduanya. Menurut teori behavioris, perbedaan individu dalam perilaku disebabkan oleh perbedaan dalam jenis pengalaman belajar yang dihadapi seseorang dalam proses pertumbuhannya.
Perbedaan individu dapat meliputi:
Bakat
Kriteria bakat terbagi dua, yaitu IQ >130 (diatas rata-rata) dan IQ >140 (jenius). Karakteristik dari individu yang berbakat adalah biasanya tumbuh menjadi orang dewasa yang dapat menyesuaikan diri dengan baik. Atau orang yang sangat jenius mungkin mengalami masalah penyesuaian sosil dan perilaku saat masih anak-anak.
2. Kecacatan Intelektual/ Gangguan Perkembangan Intelektual
Biasanya kecacatan intelektual ditandai dengan IQ <70 (di bawah rata-rata), keterampilan adaptif secara signifikan di bawah tingkat yang sesuai dengan usianya. Kecacatan intelektual berkisar dari ringan hingga berat, tergantung pada tingkat parahnya kerusakan atau tingkat dukungan yang diperlukan.
Faktor penyebab kecacatan intelektual ada dua, yaitu:
Lingkungan : Racun seperti timbal dan merkuri, Kemiskinan
Biologis : Down syndrom, fetal alcohol syndrome, fragile X syndrome
3. Faktor Lainnya
Kecerdasan emosional : Kesadaran dan kemampuan untuk mengelola emosi diri sendiri, motivasi diri, empati, dan keterampilan sosial
Alam dan Pengasuhan : kembar identik dibesarkan bersama menunjukkan korelasi sebesar 0,86 antara IQ mereka
2. Sistem Syaraf Pusat oleh Muller
Johannes Peter Müller (1801-1858) adalah seorang ilmuwan fisiologi dan ahli biologi berkebangsaan Jerman yang memiliki kontribusi penting dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Dia dianggap sebagai salah satu tokoh terkemuka dalam ilmu fisiologi dan merupakan salah satu pendiri ilmu saraf modern.
Pada tahun 1825, Johannes Müller menyampaikan bahwa otak dapat membedakan antara informasi dari berbagai modalitas sensorik yang berbeda, seperti cahaya dan suara karena melibatkan saraf sensorik yang berbeda (beberapa saraf mengarah ke pengalaman visual, yang lain untuk pengalaman pendengaran, dan seterusnya). Gagasan Müller tentang energi saraf tertentu mendapat dukungan dari penelitian yang menunjukkan bahwa jalur saraf yang berasal dari reseptor yang berbeda berakhir di tempat yang berbeda di area korteks. Hingga akhirnya secara umum disepakati bahwa otak memberikan kode perbedaan kualitatif antara modalitas sensorik sesuai dengan jalur saraf spesifik yang terlibat.
3. Pendapat Von Helmholtz
Hermann von Helmholtz (1821-1894) adalah ilmuan kelahiran Potsdam, Jerman dan merupakan murid dari Muller. Helmholtz menyempurnakan doktrin Müller tentang energi saraf spesifik. Ia menemukan bahwa telinga bukanlah sebuah reseptor indra tunggal, melainkan suatu sistem yang sangat kompleks yang terdiri dari banyak reseptor. Sistem penglihatan terdiri dari tiga jenis serabut saraf, yaitu merah, biru, dan hijau yang masing-masing memiliki energi saraf spesifiknya sendiri, sedangkan sistem pendengaran mengandung ribuan jenis serabut saraf.
4. Pendapat Ewald Hering
Ewald Hering (1834-1918) adalah seorang ahli fisiologi Jerman yang memberikan kontribusi yang signifikan dalam bidang persepsi visual dan penglihatan warna. Dia terkenal karena karyanya tentang teori proses lawan dari penglihatan warna, yang dia kembangkan pada akhir abad ke-19.
Hering berteori bahwa ada tiga jenis reseptor di retina. Namun masing-masing dapat merespons dalam dua cara. Satu jenis reseptor bereaksi terhadap warna merah-hijau, satu jenis terhadap warna kuning-biru, dan satu jenis lagi terhadap warna hitam-putih. Merah, kuning, dan putih menyebabkan “runtuhnya”, atau proses katabolik, di reseptornya masing-masing. Hijau, biru, dan hitam menyebabkan “penumpukan”, atau proses anabolik, di reseptornya masing-masing. Jika kedua warna yang sensitif terhadap reseptor dialami secara bersamaan, proses katabolik dan anabolik dibatalkan, dan timbullah sensasi warna abu-abu. Jika satu warna yang peka terhadap reseptor dialami, proses terkaitnya akan habis, hanya menyisakan kebalikannya untuk menghasilkan bayangan sisa. Teori Hering juga menjelaskan mengapa individu yang tidak dapat merespons warna merah atau hijau masih dapat melihat warna kuning dan mengapa ketidakmampuan melihat warna merah biasanya disertai dengan ketidakmampuan melihat warna hijau.
5. Phrenology
Frenologi adalah sebuah teori yang dikembangkan pada abad ke-19 oleh
Franz Joseph Gall yang mengklaim bahwa kepribadian, kemampuan mental,
dan karakter seseorang dapat ditentukan melalui pengukuran dan analisis
bentuk dan ukuran tengkorak. Teori ini mengasumsikan bahwa otak terdiri
dari berbagai organ yang masing-masing bertanggung jawab atas fungsi
mental tertentu, dan organ-organ ini dapat dikenali melalui bentuk dan
ukuran tengkorak. Frenologi mempengaruhi penelitian tentang lokalisasi fungsi otak dan
pentingnya memberikan informasi praktis. Selain itu, frenologi juga
mempengaruhi perkembangan psikologi dalam hal mengasumsikan bahwa otak
dan pikiran manusia saling terkait erat.
Prinsip-prinsip yang mendasari frenologi adalah:
Otak adalah organ pikiran
Kekuatan mental manusia dapat dianalisis ke dalam sejumlah fakultas yang independen
Kemampuan-kemampuan ini bersifat bawaan, dan masing-masing mempunyai kedudukannya di wilayah tertentu di permukaan otak
Besar kecilnya masing-masing wilayah tersebut merupakan ukuran sejauh mana fakultas yang berada di dalamnya membentuk unsur penyusun karakter individu
Kesesuaian antara permukaan luar tengkorak dan kontur permukaan otak di bawahnya cukup dekat sehingga memungkinkan pengamat mengenali ukuran relatif beberapa organ tersebut melalui pemeriksaan permukaan luar kepala.
6. Broca
Broca berpendapat bahwa, ukuran otak pada orang dewasa matang dibandingkan pada orang lanjut usia, pada pria dibandingkan pada wanita, pada pria terkemuka dibandingkan pada pria dengan bakat biasa-biasa saja, pada ras superior dibandingkan ras inferior. …Jika hal lainnya sama, terdapat hubungan yang luar biasa antara perkembangan kecerdasan dan volume otak. (Gould, 1981, hal. 83)
Broca menyadari beberapa fakta yang bertentangan dengan teorinya: Terdapat banyak sekali penjahat berotak besar, wanita yang sangat cerdas, dan orang-orang terkemuka yang berotak kecil; dan orang-orang Asia, meskipun rata-rata ukuran otaknya lebih kecil, umumnya lebih cerdas dibandingkan kelompok etnis dengan otak lebih besar7. Tumbuhnya Psikologi Eksperimen
Psikologi eksperimen bidang psikologi di mana psikolog terutama melakukan penelitian dan mencakup beberapa bidang yang berbeda seperti pembelajaran, memori, pemikiran, persepsi, motivasi, dan bahasa. Fokus para psikolog adalah melakukan penelitian dan melakukan studi dan eksperimen dengan manusia dan hewan di berbagai bidang. Mereka cenderung bekerja di lingkungan akademis, terutama di universitas-universitas besar.
Pada awalnya, psikologi lebih seperti cabang filsafat dan tidak begitu ilmiah. Kemudian, pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, Wilhelm Wundt di Jerman dan William James di Amerika Serikat mulai mengubah cara memahami pikiran dan perilaku. Mereka mendirikan laboratorium psikologi pertama di dunia dan mulai melakukan eksperimen. Mereka melibatkan orang dalam situasi eksperimental untuk memahami bagaimana mereka bereaksi terhadap berbagai stimulus dan situasi.
Dengan melakukan eksperimen ini, mereka bisa mendapatkan data yang dapat diukur secara objektif dan mendalam tentang pikiran dan perilaku manusia. Ini adalah awal dari psikologi eksperimen. Dari sana, psikologi terus berkembang dan menggunakan metode eksperimen untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting tentang pikiran, emosi, dan perilaku manusia, menjadikannya ilmu yang lebih ilmiah dan terfokus.
8. Awal Psikologi Modern era Wundt
Psikologi eksperimen tumbuh dan berkembang berkat eksperimen Wilhelm Wundt di Leipzig, Jerman pada tahun 1879. Wundt mendirikan laboratorium psikologi pertama di dunia dan memperkenalkan metode eksperimen untuk mempelajari proses mental. Hal ini memicu perkembangan psikologi sebagai disiplin ilmu yang mandiri.
Wundt memperkenalkan konsep introspeksi, yaitu metode pengamatan diri sendiri untuk memahami proses mental. Ia juga memperkenalkan konsep pengolahan informasi, yaitu bagaimana informasi diproses oleh otak manusia. Wundtian psychology juga menekankan pentingnya perhatian selektif dan kontrol sukarela dalam proses mental
9. Pendapat Titchener
Titchener (1867-1927), akhirnya membawa ide-ide Wundt ke Universitas Cornell di Ithaca, New York. Titchener mengembangkan gagasan asli Wundt. Titchener menyebut sudut pandang barunya sebagai strukturalisme karena fokus studinya adalah struktur pikiran. Dia percaya bahwa setiap pengalaman dapat dipecah menjadi emosi dan sensasi individual (Brennan, 2002). Meskipun Titchener setuju dengan Wundt bahwa kesadaran dapat diuraikan menjadi elemen-elemen dasarnya, Titchener juga percaya bahwa introspeksi obyektif dapat digunakan pada pikiran dan juga sensasi fisik.
Strukturalisme merupakan kekuatan yang dominan pada masa-masa awal psikologi, tetapi akhirnya mati pada awal 1900-an, karena para strukturalis sibuk bertengkar di antara mereka sendiri tentang elemen-elemen kunci dari pengalaman yang paling penting.
Nama : Sita Miftahul Jannah
NIM : 2310322021
Kelas : B
Komentar
Posting Komentar