Psychological Disorder & Terapi
Psychological Disorder dan Terapi
1. Konsep Abnormalitas
Konsep abnormalitas merujuk pada cara kita mendefinisikan perilaku yang dianggap tidak normal atau tidak sehat secara psikologis. Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk membedakan perilaku abnormal dari perilaku normal, yaitu:
- Deviasi dari norma budaya, mengacu pada bagaimana perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma budaya dianggap sebagai abnormal.
- Deviasi dari norma statistik, mengacu pada perilaku yang jarang terjadi dalam populasi.
- Perilaku maladaptif, merujuk pada perilaku yang merugikan individu atau masyarakat.
- Distress personal, mengacu pada pengalaman subjektif individu seperti kecemasan, depresi, atau ketidaknyamanan yang signifikan.
Selain itu, konsep abnormalitas juga melibatkan perspektif psikologis, biologis, psikoanalitik, perilaku, dan kognitif dalam memahami penyebab dan manifestasi masalah kesehatan mental. Terdapat pula model kerentanan-stres yang mempertimbangkan interaksi antara predisposisi individu terhadap gangguan mental dan kondisi lingkungan yang menekan.
2. Jenis-Jenis Gangguan Psikologi
a. Anxiety
Anxiety adalah kondisi psikologis yang ditandai oleh perasaan cemas yang berlebihan atau tidak realistis. Kecemasan ini dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti kekhawatiran yang berlebihan, rasa takut yang tidak beralasan terhadap objek atau situasi tertentu, atau ketakutan terhadap interaksi sosial. Kondisi ini juga dapat mencakup serangan panik yang tiba-tiba dan berulang, serta perasaan ketakutan yang menetap dan merasa bahwa malapetaka akan terjadi. Kondisi kecemasan dapat memengaruhi perilaku dan pikiran seseorang, dan dapat berdampak pada kesejahteraan mental dan fisik mereka.
Dalam konteks psikologi, kecemasan juga dapat disebabkan oleh proses pikiran yang tidak rasional, seperti pemikiran yang berlebihan, generalisasi yang berlebihan, dan minimisasi. Faktor biologis, seperti ketidakseimbangan neurotransmitter dalam sistem saraf, juga dapat berkontribusi pada kondisi kecemasan. Selain itu, kecemasan juga dapat dipengaruhi oleh faktor budaya, dengan bentuk-bentuk kecemasan yang spesifik dapat bervariasi di berbagai budaya.
Dalam konteks gangguan psikologis, kecemasan merupakan gejala utama dalam berbagai gangguan, termasuk gangguan kecemasan, gangguan stres pasca-trauma, dan gangguan stres akut. Kondisi kecemasan dapat memengaruhi individu secara berbeda, dan pengobatan serta manajemen kecemasan dapat melibatkan pendekatan psikoterapi, obat-obatan, dan perubahan gaya hidup.
b. Dissociative
Dissociative disorders adalah gangguan psikologis yang melibatkan pemisahan atau disosiasi dalam kesadaran, ingatan, atau identitas seseorang. Gangguan ini mencakup beberapa kondisi, yaitu:
- Dissociative amnesia terjadi ketika seseorang tidak dapat mengingat informasi pribadi seperti nama mereka sendiri atau peristiwa pribadi tertentu, dan penyebabnya biasanya bersifat psikologis daripada fisik.
- Dissociative fugue terjadi ketika seseorang tiba-tiba melakukan perjalanan jauh dari rumah dan kemudian tidak dapat mengingat perjalanan tersebut atau bahkan informasi pribadi seperti identitas mereka.
- Dissociative identity disorder (DID) terjadi ketika seseorang tampaknya memiliki dua atau lebih kepribadian yang berbeda dalam satu tubuh.
c. Mood, Eating dan Sexual Disorder
- Gangguan mood, merujuk pada gangguan emosi yang parah, termasuk gangguan depresi mayor dan gangguan bipolar. Gangguan depresi mayor ditandai oleh depresi yang parah yang muncul tiba-tiba dan tampaknya tidak memiliki penyebab eksternal yang jelas. Sementara itu, gangguan bipolar melibatkan perubahan mood dari depresi parah hingga episode manik. Gangguan mood dapat bervariasi dari gangguan ringan hingga parah, dan dapat memengaruhi individu secara signifikan.
- Gangguan makan meliputi anoreksia nervosa, bulimia nervosa, dan gangguan makan berlebihan. Anoreksia nervosa melibatkan pengurangan asupan makanan hingga berat badan yang signifikan rendah, sementara bulimia nervosa melibatkan siklus makan berlebihan dan penggunaan metode tidak sehat untuk menghindari penambahan berat badan. Gangguan makan berlebihan melibatkan makan berlebihan tanpa tindakan muntah setelahnya.
- Gangguan seksual melibatkan masalah dengan fungsi seksual atau aspek fisik dari hubungan seksual. Ini dapat mencakup gangguan hasrat atau rangsangan seksual, gangguan terkait tindakan fisik hubungan seksual, dan gangguan terkait waktu atau ketidakmampuan mencapai orgasme. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan seksual meliputi masalah fisik, masalah psikologis, dan masalah interpersonal atau sosial.
d. Schizophrenia
Schizophrenia adalah gangguan psikotik yang melibatkan pemisahan dari realitas dan gangguan dalam berpikir, emosi, perilaku, dan persepsi. Gejala positif seperti halusinasi dan delusi terkait dengan aktivitas dopamin yang berlebihan di beberapa bagian otak, sementara gejala negatif terkait dengan aktivitas dopamin yang rendah di bagian lain otak.
Faktor genetik dan cacat struktural otak telah diidentifikasi sebagai penyebab potensial, dengan prevalensi seumur hidup yang universal di seluruh budaya sekitar 7-8 dari 1.000 orang. Model kerentanan terhadap stres menyarankan bahwa orang dengan tanda genetik untuk schizophrenia tidak akan mengembangkan gangguan kecuali mereka terpapar stres lingkungan atau emosional pada saat kritis dalam perkembangan. Gangguan ini juga dapat memengaruhi konektivitas otak, ketebalan kortikal, dan volume materi abu-abu dan putih. Delusi, halusinasi, gangguan pikiran, emosi, dan perilaku adalah gejala utama schizophrenia. Gejala ini dapat bervariasi dari individu ke individu, dan diagnosis memerlukan kehadiran beberapa gejala selama setidaknya satu bulan. Schizophrenia juga memiliki dasar genetik yang kuat, dengan risiko yang lebih tinggi bagi individu yang memiliki hubungan genetik yang lebih dekat dengan penderita schizophrenia
e. Personality Disorder
Gangguan kepribadian adalah kondisi psikologis di mana individu menunjukkan pola perilaku yang sangat kaku, maladaptif, dan sulit untuk berinteraksi secara sosial. Gangguan ini mempengaruhi cara individu berhubungan dengan orang lain dan menyesuaikan diri dengan tuntutan sosial. DSM-5 mengklasifikasikan gangguan kepribadian ke dalam 10 tipe utama yang terbagi dalam tiga kategori dasar: Cluster A (pola perilaku aneh atau eksentrik), Cluster B (pola perilaku dramatis, emosional, atau erratic), dan Cluster C (pola perilaku yang didominasi oleh kecemasan atau ketakutan). Contohnya termasuk gangguan kepribadian antisosial, borderline, dan obsesif-kompulsif. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan kepribadian meliputi teori pembelajaran kognitif, faktor genetik, toleransi stres yang bervariasi, dan gangguan dalam hubungan keluarga dan komunikasi. Gangguan kepribadian dapat memengaruhi individu secara signifikan dan memerlukan pendekatan terapi yang komprehensif.
3. Penanganan terhadap Gangguan Psikologi
1. Terapi Psikodinamik: Fokus pada pengungkapan dan pemahaman konflik bawah sadar yang mendasari perilaku dan emosi seseorang. Terapi ini melibatkan teknik seperti interpretasi dan transferensi .
2. Terapi Kognitif: Berfokus pada perubahan pola pikir dan keyakinan yang tidak sehat yang mendasari perilaku dan emosi seseorang. Terapi ini melibatkan teknik seperti restrukturisasi kognitif dan terapi rasional emotif .
3. Terapi Humanistik: Berfokus pada pengembangan potensi pribadi dan pertumbuhan melalui pengalaman langsung dan pengembangan hubungan terapeutik yang positif. Terapi ini melibatkan teknik seperti terapi sentuhan, terapi keberadaan, dan terapi penerimaan .
4. Terapi Eklektik: Menggabungkan elemen dari beberapa pendekatan terapi untuk mencapai hasil terbaik. Terapi ini melibatkan teknik dari berbagai pendekatan terapi, seperti psikodinamik, perilaku, kognitif, dan humanistik
Nama : Sita Miftahul Jannah
NIM : 2310322021
Kelas : B
Jurusan : Psikologi
Komentar
Posting Komentar