Motivasi dan Emosi
MOTIVASI DAN EMOSI
1. Pengertian Motivasi
Motivasi adalah dinamika perilaku yang mengarahkan, mempertahankan, mengarahkan, dan mengakhiri tindakan kita. Hal ini melibatkan pertanyaan tentang mengapa kita bertindak seperti yang kita lakukan.
Terdapat berbagai jenis motivasi, termasuk motivasi biologis yang didasarkan pada kebutuhan biologis yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup, motivasi stimulus yang melibatkan kebutuhan akan stimulasi dan informasi, serta motivasi yang dipelajari yang didasarkan pada kebutuhan, dorongan, dan tujuan yang dipelajari. Motivasi juga dapat dibedakan antara motivasi intrinsik, yang muncul dari dalam diri kita tanpa hadiah eksternal yang jelas, dan motivasi ekstrinsik, yang berasal dari faktor eksternal seperti imbalan, kewajiban, atau persetujuan.
2. Pendekatan Awal untuk Memahami Motivasi
a. Psychological Needs McClelland
Psychological need McClelland adalah kebutuhan psikologis yang diajukan oleh psikolog David C. McClelland. McClelland mengidentifikasi tiga kebutuhan psikologis yang penting, yaitu
Kebutuhan afiliasi (nAff) adalah keinginan untuk memiliki interaksi sosial yang ramah dan hubungan dengan orang lain. Orang-orang yang memiliki kebutuhan ini berusaha untuk disukai oleh orang lain dan dijunjung tinggi oleh orang-orang di sekitarnya.
Kebutuhan kekuasaan (nPow) berkaitan dengan memiliki kontrol dan pengaruh terhadap orang lain. Orang yang memiliki kebutuhan ini ingin memiliki pengaruh terhadap orang lain dan memberikan dampak pada mereka. Mereka ingin ide-ide mereka yang digunakan, terlepas dari apakah apakah ide-ide mereka akan membawa kesuksesan. Status dan gengsi itu penting, sehingga orang-orang ini mengenakan pakaian mahal, tinggal di rumah mahal, mengendarai mobil mewah, dan makan di
restoran terbaik.Kebutuhan pencapaian (nAch) melibatkan keinginan kuat untuk berhasil mencapai tujuan, baik yang realistis maupun yang menantang. Orang yang memiliki kebutuhan ini mencari karier dan hobi yang memungkinkan orang lain untuk mengevaluasi mereka, karena mereka yang berprestasi tinggi ini juga perlu mendapatkan umpan balik tentang kinerja mereka selain mencapai tujuan.
b. Carol Dweck's
Menurut psikolog motivasi dan kepribadian Carol Dweck (Dweck, 1999; Nussbaum & Dweck, 2008), kebutuhan untuk berprestasi terkait erat dengan faktor kepribadian, termasuk pandangan seseorang tentang bagaimana diri (keyakinan yang dimiliki seseorang tentang kemampuan dan hubungannya dengan orang lain) dapat memengaruhi persepsi individu tentang keberhasilan atau kegagalan tindakannya. Konsep ini terkait dengan gagasan locus of control yang jauh lebih tua, di mana orang yang menganggap bahwa mereka memiliki kendali atas apa yang terjadi dalam hidup mereka dianggap sebagai locus of control internal, dan mereka yang merasa bahwa hidup mereka dikendalikan oleh orang lain yang berkuasa, keberuntungan, atau takdir dianggap sebagai locus of control eksternal.
Dweck berpendapat bahwa ada dua tipe individu dalam pandangan mereka tentang kecerdasan. Individu pertama percaya bahwa kecerdasan bersifat tetap dan tidak dapat berubah, sementara individu kedua percaya bahwa kecerdasan dapat berubah dan dipengaruhi oleh pengalaman dan upaya.
c. Pendekatan Arousal dan Incentive
Pendekatan arousal adalah teori motivasi yang menyatakan bahwa orang memiliki tingkat ketegangan optimal yang mereka usahakan untuk dipertahankan. Tingkat ketegangan yang moderat paling umum dicari, tetapi tingkat tersebut dapat bervariasi dari rendah hingga tinggi. Pendekatan ini juga mencakup konsep sensation seeking, di mana beberapa orang memiliki kebutuhan akan stimulasi yang lebih tinggi daripada orang lain.
Pendekatan incentive adalah teori motivasi yang menjelaskan bahwa tindakan seseorang dipengaruhi oleh stimulus eksternal dan sifat pemberian hadiah dari stimulus tersebut. Pendekatan ini didasarkan pada prinsip pembelajaran, di mana stimulus eksternal yang menguntungkan dapat memotivasi seseorang untuk bertindak tanpa adanya dorongan internal.
d. Pendekatan Humanistik
Pendekatan humanistik adalah pendekatan dalam studi motivasi yang menekankan pentingnya pemenuhan kebutuhan dasar manusia sebelum mencapai tingkat pemenuhan diri yang lebih tinggi. Salah satu teori humanistik yang terkenal adalah teori hierarki kebutuhan Maslow, yang menyatakan bahwa manusia harus memenuhi kebutuhan fisik dan keamanan dasar sebelum mencapai kebutuhan sosial, penghargaan, dan akhirnya pemenuhan diri. Pendekatan humanistik juga mencakup teori self-determination, yang mengidentifikasi tiga kebutuhan dasar manusia yaitu otonomi, kompetensi, dan hubungan yang saling terkait.
3. Pengertian Emosi
Emosi adalah keadaan yang ditandai oleh rangsangan fisiologis, perubahan ekspresi wajah, gerakan tubuh, postur, dan perasaan subjektif. Emosi juga melibatkan perilaku adaptif yang membantu individu bertahan hidup dan beradaptasi dengan kondisi yang berubah. Perubahan fisiologis dalam emosi meliputi perubahan denyut jantung, tekanan darah, keringat, dan respons involunter lainnya. Hormon adrenalin juga berperan dalam membangkitkan keadaan tubuh yang terangsang. Ekspresi emosional adalah tanda-tanda luar yang menunjukkan bahwa seseorang sedang mengalami emosi. Perasaan emosional adalah pengalaman pribadi yang subjektif dalam memiliki emosi.
4. Tiga Elemen dari Emosi
Arousal fisik: Emosi melibatkan reaksi fisik tertentu, seperti peningkatan detak jantung, pernapasan yang lebih cepat, dan pupil yang melebar.
Perilaku: Emosi juga melibatkan perilaku yang mengungkapkan perasaan tersebut kepada dunia luar, seperti ekspresi wajah, gerakan tubuh, dan tindakan.
Kesadaran batiniah: Emosi juga melibatkan kesadaran batiniah terhadap perasaan tersebut, yaitu kesadaran individu terhadap emosi yang sedang dialami.
5. Teori Awal yang Menjelaskan Emosi
a. Common-Sense
Teori common sense (teori akal sehat) adalah pandangan bahwa emosi dipicu oleh stimulus eksternal yang kemudian mengarah pada reaksi fisik dan perilaku. Misalnya, melihat anjing yang menggeram akan menyebabkan perasaan takut, yang kemudian memicu reaksi fisik seperti gemetar, diikuti oleh tindakan lari. Teori ini menyatakan bahwa kita merasa terangsang karena kita takut.
b. James-Lange
Teori James-Lange adalah teori emosi yang menyatakan bahwa rangsangan eksternal menghasilkan terlebih dahulu rangsangan fisik atau arousal tubuh, yang kemudian diinterpretasikan sebagai emosi.
Dalam teori ini, stimulus tertentu, seperti melihat anjing yang menggeram, akan memicu reaksi fisik seperti peningkatan detak jantung, mulut kering, dan pernapasan cepat. James dan Lange percaya bahwa arousal fisik ini mengarah pada pemberian label emosi tertentu, seperti rasa takut. Dengan kata lain, "Saya takut karena saya merasa terangsang," "Saya malu karena wajah saya memerah," "Saya gugup karena perut saya bergejolak," dan "Saya jatuh cinta karena detak jantung saya meningkat saat melihatnya (atau dia)."
c. Cannon-Bard
Teori Cannon-Bard menyatakan bahwa perasaan emosional dan arousal fisik terjadi secara bersamaan dan tidak saling bergantung. Menurut teori ini, ketika kita menghadapi suatu stimulus yang memicu emosi, aktivitas di dalam talamus di otak menyebabkan timbulnya perasaan emosional dan arousal fisik secara bersamaan. Aktivitas di korteks otak menghasilkan perasaan emosional dan perilaku emosional, sedangkan hipotalamus memicu serangkaian peristiwa yang mengarahkan tubuh untuk merespons emosi tersebut. Dengan kata lain, menurut teori Cannon-Bard, perasaan emosional dan arousal fisik terjadi secara simultan dan tidak saling mempengaruhi satu sama lain.
d. Facial Feedback Theories of Emotion
Teori facial feedback tentang emosi menyatakan bahwa ekspresi wajah membantu menentukan emosi yang kita rasakan. Teori ini berpendapat bahwa sensasi dari ekspresi wajah memberikan petunjuk kepada otak untuk membantu kita menentukan emosi apa yang sedang kita rasakan. Dengan kata lain, ekspresi wajah yang kita tunjukkan dapat mempengaruhi pengalaman emosi pribadi kita. Misalnya, jika kita tersenyum, hal itu dapat meningkatkan perasaan bahagia kita. Teori ini juga menyatakan bahwa ekspresi wajah dapat mempengaruhi aktivitas fisik tubuh, seperti denyut jantung dan suhu kulit.
6. Teori Kognitif Mengenai Emosi
Terdapat beberapa teori yang termasuk dalam kerangka teori kognitif ini:
Teori facial feedback hypothesis menyatakan bahwa ekspresi wajah memberikan umpan balik kepada otak mengenai emosi yang sedang diekspresikan. Dalam teori ini, perubahan ekspresi wajah kita sendiri dapat mempengaruhi cara kita merasa. Misalnya, tersenyum dapat membuat kita merasa bahagia, sedangkan mengerutkan kening dapat membuat kita merasa sedih. Teori ini juga mengatakan bahwa ekspresi wajah kita dapat mempengaruhi orang-orang di sekitar kita.
Teori cognitive arousal theory (Schachter-Singer) menyatakan bahwa arousal fisik dan interpretasi aktual dari arousal tersebut berdasarkan petunjuk dari lingkungan harus terjadi sebelum emosi itu sendiri dirasakan. Dalam teori ini, interpretasi kognitif terhadap arousal fisik memainkan peran penting dalam pengalaman emosi. Misalnya, jika seseorang mengalami peningkatan detak jantung dan pernapasan cepat, mereka akan menginterpretasikannya sebagai rasa takut jika mereka berada di hadapan anjing yang menggeram.
- Teori cognitive-mediational theory (Lazarus) menempatkan penekanan pada penilaian kognitif dan interpretasi stimulus yang menyebabkan reaksi emosional. Dalam teori ini, komponen kognitif dari emosi (interpretasi) mendahului reaksi fisiologis dan emosi itu sendiri. Artinya, penilaian kognitif terhadap suatu situasi atau stimulus akan mempengaruhi bagaimana seseorang merasakan dan menginterpretasikan emosi tersebut.
Nama : Sita Miftahul Jannah
NIM : 2310322021
Kelas : B
Jurusan : Psikologi
Komentar
Posting Komentar